Headlinelampung.com, Lambar – Akibat kemarau panjang yang terjadi tahun 2019 ini, hampir seluruh tanaman kopi di wilayah kecamatan pagar dewa, kabupaten Lampung Barat (Lambar), dan juga sebagian daerah sekitar kecamatan tersebut mengalami kerontokan daun dan ranting hingga 70 sampai 80 persen bahkan mati.
Batang kopi yang mengalami kekeringan hingga kerontokan ini diperkirakan akan mengakibatkan merosotnya hasil panen kopi di daerah tersebut hingga 80 persen pada musim kopi tahun depan (2020-red).
Juhairi, peratin pekon Sidodadi, Kecamatan Pagar dewa, yang juga selaku ketua apdesi Kabupaten Lambar ini mengatakan, bila hal tersebut dibiarkan dan tidak ada terobosan atau program dari pemerintah setempat, dipastikan mulai tahun depan petani kopi di daerah ini akan mengalami masa sulit yang cukup panjang.
“harapan kita ke pemerintah daerah agar bisa meluncurkan suatu program untuk untuk menanggulangi dampak dari gagal panen di tahun 2020 yang akan berimbas sampai 2021 nanti,” ungkapnya, Rabu (13/11).
Menurut juhairi, kemungkinan untuk 2019 hingga 2020 masyarakat masih punya stok dari hasil panen di tahun 2019, tapi kalau gagal panen di tahun 2020, otomatis untuk menyongsong 2021 masyarakat pagar dewa khususnya akan mengalami kesulitan, sedangkan mayoritas warga di kecamatan tersebut masih bergantung pada hasil tanaman kopi yang memang sudah menjadi penghasilan utama mereka sejak dulu.
“Saya sendiri selaku peratin sudah sering menghimbau kepada para masyarakat agar lebih kreatif, apabila nanti sudah masuk musim penghujan supaya masyarakat segera menanam tanaman yang cepat mendapatkan hasil, misalnya umbi umbian dan palawija seperti talas, ubi jalar, ubi kayu, pisang, jagung, sayuran dan tanaman jangka pendek lainya sebagai bekal menghadapi pasca gagal panen tersebut, ” imbuhnya
Selain khawatir akan hasil panen yang akan merosot, Juhairi juga sempat mengeluhkan harga kopi di Lambar yang menurutnya hingga kini masih dibawah standar dan belum sesuai dengan biaya kebutuhan masyarakat khususnya petani kopi di Lambar.
“Tahun depan sudah dipastikan gagal panen, jadi kalau pemerintah dan masyarakat kita tidak segera mencari solusi, masyarakat akan kesulitan, apalagi kalau harga kopi kita tetap seperti sekarang, mana hasil panen merosot, harga kopi juga murah, untuk itulah kenapa saya pribadi dan juga masyarakat pada umumnya sangat mengharapkan tindakan dari pemerintah daerah agar segera mencarikan solusi agar masyarakat siap menghadapi hal tersebut,” tegasnya
Hal senada juga disampaikan Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Agustanto Basmar, menurutnya petani kopi harus kreatif dalam menyongsong gagal panen tersebut, pihak dinas perkebunan memang telah menyiapkan bibit kopi untuk peremajaan pada tanaman kopi yang mati di daerah pagar dewa untuk tahun depan.
“Kalau program bantuan dalam bentuk instan, seperti bansos misalnya itukan kebijakan pemerintah kabupaten, tapi dalam Disbunnak membantu masyarakat pagar dewa khususnya, kami telah menyiapkan bibit kopi untuk peremajaan di daerah ini,” ujarnya, jumat (15/11).
“Menanam tanaman jangka pendek akan sangat membantu petani melalui masa pasca gagal panen nanti, selain mengharapkan bantuan pemerintah para petani juga harus bisa mencari solusi tersendiri, walaupun bantuan itu ada belum tentu mencukupi kebutuhan para petani,” tambahnya
Agustanto juga menghimbau, agar hal tersebut tidak terus terulang setiap musim kemarau datang untuk para petani kopi di daerah tersebut menanam tanaman yang bisa melindungi tanaman kopi dari sinar matahari secara langsung.
“Sebagian besar kebun kopi yang masih banyak tanaman pelindung, kopinya masih bagus, contohnya daerah Batubrak dan Belalau, untuk itu saya menghimbau para petani mulai menanam tanaman seperti dadap, lamtoro dan tanaman lainnya yang bisa dijadikan pelindung pada saat musim kemarau seperti sekarang ini,” pungkasnya.