LAMPUNG TENGAH—Pengolahan pupuk kompos di Kampung Kesuma Dadi, Kecamatan Bekri, Kabupaten Lampung Tengah, serap puluhan tenaga kerja, karena menjadi salah satu sumber mata pencarian bagi warga sekitar untuk mencari nafkah menghidupi keluarga.
Keberadaan pengolahan pupuk kompos selain mempekerjakan puluhan warga, juga mampu menekan jumlah pengangguran dan kemiskinan serta menurunkan angka kejahatan.
Betapa tidak para pekerja yang mengais rezeki di tempat pengolahan Pupuk Kompos tersebut adalah Para Pengangguran, Pendatang Hingga Mantan Narapidana (Napi) yang tersandung perkara pidana.
Kemudian kehadiran tempat pengolahan pupuk kompos tersebut juga memberikan kontribusi terhadap pembangunan infrastruktur Kampung, diantaranya membangun talud hingga menyiapkan sumur bor bagi masyarakat untuk mengaliri kebun sayuran warga.
“Sudah cukup lama saya kerja disini, setelah lulus sekolah (dipenjara) saya ikut kerja untuk mengemas pupuk kompos dari kotoran sapi, untuk biaya hidup saya dan kelaurga. Alhamdulillah, sehari bisa dapat Rp150 sampai Rp200 ribu. Usaha ini sangat membantu saya, dan warga lainya yang tidak memiliki pekerjaan disini,” kata Sutikno, Kamis (07/03/2024).
Sutikno menjelaskan berkat beroperasinya tempat pengolahan pupuk kompos yang berbahan baku, kotoran sapi tersebut manfaatnya juga bisa dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar, seperti pembuatan talud, hingga sumur bor untuk mengaliri lahan perkebuan sayuran warga.
“Tempat kami juga dibantu, dibuatkan talud karena di jalan utama gak ada talud kita dibuatkan talud, lalu di bikinkan sumur bor, selain untuk kebutuhan air bersih, juga bisa untuk mengairi kebuh sayuran kami,” ujar Santo, salah seorang warga sekitar.
Menurut junaidi pemilik usaha dengan dibukanya lapak pengolahan pupuk kompos tersebut pihaknya merekrut 48 keluarga, untuk diberdayakan tenaga kerja lokal. Dengan upah Rp150 ribu sampai Rp200 ribu perhari.
“Alhamdulillah usaha saya bisa membantu masyarakat setempat, memberdayakan mereka yang tidak punya kerjaan, mereka yang sebagai pendatang, sampai yang pernah menjalani hukuman di lapas mereka datang kesaya, minta ikut gabung, dan kami sebagai bagian dari lingkungan sosial mereka, menerima mereka,” jelasnya.
Junaidi mengaku dinamika usaha yang dia tekuni tidak jarang menemukan kendala, mulai dari sulitnya bahan baku, hingga dampak dari cuaca ekstem. Namun semua itu masih dirasa wajar dan dapat ditanggulangi, sehingga kegiatan usaha tetap dapat berjalan, mengingat puluhan warga sekitar menggantukan hidupnya dari mengemas pupuk kompos.
“Iya, kadang bahan baku susah, tapi ya dapet aja. Terus kalau cuaca lagi musim hujan seperti ini, kami harus memindahkan bahan baku ketempat yang lebih aman, supaya tidak mencemari warga. Prinsip saya kalau usaha jangan sampai menyulitkan orang lain, contohnya ini, kami sedang memindahkan bahan ke lokasi yang jauh dari pemukiman, karena beberapa hari ini hujan lebat, supaya tidak berdampak negatif ke masyarakat,” ungkapnya. (Gunawan)