Presiden Republik Indonesia Ke-4 Abdurahman Wahid atau sering akrab disapa Gus Dur pernah berkata: “Orang yang paling ikhlas itu adalah Prabowo,”.
Ucapan seorang Gus Dur itu cukup beralasan. Terbukti, Prabowo Subianto kini menjadi orang nomor satu di Indonesia yakni, menjadi Presiden Republik Indonesia Ke-8.
Seorang Gus Dur melihat ‘ikhlas’ tersebut mencerminkan sikap dan perilaku seorang Jenderal bintang empat ini yang begitu mencintainya bangsa dan negaranya.
Presiden Prabowo Subianto memang sosok patriot bangsa. Sebagai seorang Kepala Negara, dirinya memiliki niat baik dan tulus untuk rakyat Indonesia. Untuk masa depan anak-anak Indonesia.
Wujud kesetiaan dan kecintaannya tersebut diwujudkan dengan sebuah program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang kini sedang berjalan.
Prabowo menyebutkan program Makan Bergizi Gratis bertujuan untuk seluruh anak-anak Indonesia yang kurang mampu. Dia ingin anak-anak bangsa ini bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan. Menjadi anak-anak yang cerdas, kuat dan sehat.
Selain itu program ini juga dapat menyerap tenaga kerja baru pada tahun 2026. Sekitar 1,5 juta penduduk Indonesia bisa mendapatkan manfaat dari program MBG ini.
Jelas cita-cita dan niat baik pak Prabowo Subianto sungguh mulia.
Namun, belakangan isu keracunan yang diduga akibat makanan yang disajikan – yang menerpa anak-anak sekolah cukup viral di sejumlah wilayah. Muncul beragam komentar dan usulan agar program ini dihentikan. Diganti dengan uang tunai. Atau diganti dengan cara lainnya. Di kelola langsung oleh pihak sekolah.
Melihat fenomena tersebut, pandangan saran dan masukan juga perlu disampaikan untuk mensukseskan program unggulan ini.
Jika melihat dari perencanaan dan regulasi sesungguhnya program ini memang sangat baik untuk jangka menengah dan panjang. Banyak sisi manfaat yang bisa dirasakan dari program MBG ini. Tidak hanya anak-anak cukup gizi dan makanan. Juga program ini memiliki efek terhadap peningkatan penghasilan pembukaan lapangan pekerjaan, putaran ekonomi di tingkat lokal, serta menimbulkan efek terhadap kehidupan anak bangsa Indonesia kedepan.
Dari data masing-masing SPPG akan merekrut kurang lebih 50 orang tenaga kerja yang ditugaskan dimasing-masing pekerjaan. Bayangkan jika rata-rata pekerja mendapatkan penghasilan 100 ribu rupiah maka dalam 22 hari efektif hari kerja maka per/orang akan mendapatkan penghasilan tambahan uang Rp 2.200 ribu rupiah.
Selain itu, untuk pemenuhan kebutuhan pokok menu makanan akan terjadi simbiosis mutualisme antara pedagang, koperasi dan SPPG. Di sanalah terjadi perputaran ekonomi dan uang.
Dari evaluasi yang ada, mengapa di awal program ini berjalan terkesan ‘kacau’ memang nampak belum berjalan secara maksimal.
Persiapan tempat Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) masih belum berstandar yang ditentukan regulasi, tenaga kerja yang direkrut secara mendadak, dan belum adanya tenaga gizi dan kesehatan di masing-masing SPPG yang sudah berjalan. Selain itu, pemenuhan menu makanan masih belum berdasarkan jadwal dari hasil analisis ahli gizi dan pendamping kesehatan.
Karena itu, program ini menjadi viral dan terjadi perdebatan dimana-mana. Atau lebih elok masih coba-coba.
Berkaca dari peristiwa yang terjadi dari kemarin dan hari ini, maka pengawasan semua pihak harus benar-benar diperhatikan dan dilakukan secara sungguh-sungguh. Ketegasan yang berkompeten dalam program MBG ini harus benar-benar dilaksanakan.
Sebaik apapun programnya jika tidak dijalankan dengan sungguh-sungguh maka akan sia-sia.
Pemilihan pemilik SPPG harus benar-benar selektif. Agar program yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai harapan.
Dari semua peristiwa yang terjadi dapat diambil suatu pembelajaran dan pengalaman sebagai evaluasi untuk lebih baik.
Kehendak pemerintah dan rakyat sama baiknya. Di satu sisi MBG tetap berjalan, di satu sisi stop diuangkan saja, juga baik.
Tapi dari semua perdebatan mungkin dapat disimpulkan setiap program yang baik pasti ada kekurangan dan pasti ada perbaikan. Kehendak rakyat juga harus didengarkan. Kita coba dulu mungkin kedepan program ini akan berjalan sesuai harapan kita semua. Belum terlihat manfaat mungkin lagi baru dilaksanakan. Optimis!.